Minggu, 11 Maret 2012

BIMBINGAN BELAJAR (PSIKOLOGI)

MAKALAH BIMBINGAN BELAJAR
 Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “Pengantar Psikologi” Dosen pembimbing, Julianne Kamelia Riza,Spi Kelompok VII Zaini Hidayati Laili Choirun Nisa’ Lilik Indah Sari Ainur Rosida Muflikhatul Choiroh SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH “AL-URWATUL WUTSQO” Bulurejo Diwek Jombang Tahun Akademik 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Psikolog ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “BIMBINGAN BELAJAR ” Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Bimbingan Belajar atau yang lebih khususnya membahas Konsep Dasar Bimbingan Belajar,Teknik Bimbingan Belajar,Jenis Layanan Bimbigan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM serta Tujuan Bimbingan Belajar dan Konseling. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Bimbingan Belajar.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Jombang, 21 Oktober 2011 Penyusun DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan 2 BAB II Pembahasan Konsep Dasar Bimbingan Belajar 3 Teknik Bimbingan Belajar 5 Jenis Layanan Bimbigan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM 6 Tujuan Bimbingan Belajar dan Konseling 10 BAB III Penutup Kesimpulan 12 Daftar Pustaka 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan Belajar Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut: 1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain : a. Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran. b. Siswa yang cukup menguasai pelajaran. c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran. 2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain : a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya. b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya. c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya. 3. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain : a. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan. b. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan. c. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain : a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya. b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya. c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya. Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan belajar. B.Rumusan masalah Dari paparan di atas penulis akan mencoba melekukan setudi tentang konsep bimbingan .Tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling,layanan bimbingan dan konseling,bimbingan belejar di sekolah, teknik-teknik bimbingan belajar.Dengan mengetahui hal-hal tersebut mungkin akan menjadikan kita mengetahui pentingnya hal-hal tersebut pada peserta didik sehingga dapat memudahkan kita berinteraksi dengan peserta didik dan mengetaui karakter dan bakat kemampuanya. C.Tujuan Pembahasan in bertujuan untuk membantu peserta didik mengenal bakat,minat dan kemampuannya,serta memilih dan menyasuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merancanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja,dan juga untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,sosial,,belajar dan karier. Bimbinan pribadi-sosial di maksutkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. BAB II PEMBAHASAN Konsep Dasar Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya. Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya. Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya. 2. Perlunya Bimbingan dan konseling di sekolah Pendidikan (pedagogis) dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang di berikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.Dewasa berarti dapat hidup mandiri terlepas dari ketergantungan pada orang lain.Proses pendidikan dapat di laksanakan secara formal,informal,maupun non-formal. Proses mencapai kedewasaan bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, anak akan banyak membutuhkan b antuan orang dewasa.Dalam proses menjadi dewasa itu,anak berintraksi dengan lingkungannya ,baik fisik(alam) maupun sosio kultural.Dalam berintraksi ,seseorang di tuntut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan . Ketika berintraksi di dalam lingkungan sosio-kulturalnya,individu mendapat pengaruh yang bermanfaat bagi tercapainya perkembangan cecara optimal. Sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikanya sebagai anggota masyarakat yang berguna.Kenyataan sekarang menunjukkan bahwa dalam dalam dunia pendidikan telah terjadi perubahan-perubahan, seperti perubahan sistem ,pendidikan, kurikulum, metode mengajar, dan lain-lain.Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah khususnya bagi peserta didik serta pihak yang berkecimpung dalam pendidikan. Kemajuam berfikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya telah mendorong terjadinya globalisasi.Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik.Dampak positif dari kondisi global adalah mendorong manusia untuk terus berfikir,meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang telah di capai sehingga ingin meningkatkan diri. Adapun dampak negatif dari globalisasi adalah meningkatnya kekerasan hidup di masyarakat karena banyaknya konflik,stres, kecemasan, dan frustasi, bahkan timbul pelarian dari masalah melelui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang. Upaya untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut.Memerlukan insan dan sumber daya manusia indonesia yang bermutu,yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani,bermoral menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional, dinamis, dan kreatif. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu pula. Pendidikan yang bermutu tidak cukup di lakukan melelui trasformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus di dukung oleh peningkatan profosionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi terciptanya cita-citanya. Kemampuan yang demikian tidak hanya menyangkut aspek akademis tetapi juga menyagkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intlektual,dan sistam nilai.Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, mampu menghantarkan peserta didik pada pencapaian setandar kemampuan profesional dan akademis , tetapi juga mampu menfasilitasi perkembangan anak yang sehat dan produktif. Peserta didik di lembanga pendidikan umumnya adalah orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan yang berbeda dan harus dipenuhi. Pencapaian standar kemampuan profesional atau akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta didik memerlukan kerjasama yang hrmonis antara pengelola dan pelaksana manajemen pendidikan,pengajaran,dan bimbingan karena ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Bidang administrasi dan supervisi merupakan bidang kegiatan ang menyangkut masalah administrasi dan kepemimpinan,yakni masalah-masalah yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan kegiatan pendidikan secara efisien.Bidang ini mencakup kegiatan perencanaan. Perlengkapan,dan pengawasan (supervisi). Bidang pengajaran dan kurikuler bertujuan untuk memberikan pengetahuan. Ketrampilan dan sikap kepada peserta didik. Kegiatan ini meliputi kegiatan berkaitan dengan kejuruan, pendidikan khusus,dan pendidikan remadial.Bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan di sekolah. Bidang bimbingan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan layanan kepada peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan memperoleh kesejahteraan lahir dan batin. 2.Teknik bimbingan belajar Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling perlu memperhatikan teknik sebagai berikut : 1.Bimbingan adalah sustu proses membantu individu (peserta didik ) agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang di hadapi. 2. Bimbingan hendaknya bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing. 3. Bimbingan di arahkan pada individu (peseta didik),dan tiap peserta didik memiliki karaktristik tersendiri,oleh karena itu pemahaman keragaman dan kemempuan peserta didik yang dibimbing sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan BK. 4.Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing lingkungan lembaga pendidikan,Hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikanya. 5.Kegiatan bimbingan/konseling dimulai dengan identifikasi kebuhanyang di sarankan oleh individu (peserta didik), yang akan dibimbing/konseling. 6.Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuan individu dan masyarakat 7.Program BK di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan. 8.Pelaksanan program BK hendaknya dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan di dalam maupun di luar lembaga penyelenggaraan pendidikan 9.Pelaksanaan program BK hendaknya di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program. Beberapa asas-asas BK yang perlu di perhatikan adalah: 1. Asas kerahasiaan 2. Asas kesukarelan 3. Asas keterbukaan 4. Asas kekinian 5. Asas kemandirian 6. Asas kegiatan 7. Asas kedinamisan 8. Asas keterpaduan 9. Asas kenormatifan 10. Asas keahlihan 11. Asas alih tangan 12. Asas tut wuri handayan 3. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain : a. Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa b. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa. c. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai d. Memberikan program belajar yang sesuai e. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar f. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya g. Melakukan remedial teaching 4. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar Suatu layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam kegiatannya, antara lain : 1) Identifikasi Kasus Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinya. Namun, ada kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan. Maka, diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan untuk meminta bimbingan. Dan cara yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara lain : (a) Call them approach Langkah untuk memanggil setiap siswa yang ada dan melakukan wawancara face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing. (b) Maintan good relations Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya terbatas pada hubungan belajar-mengajar di kelas saja. (c) Developing a desire for conseling Langkah ini dilakukan jika siswa tidak menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukanlah cara: (1) mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest atau post test dan sebagainya. (2) mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar. (3) mengadakan diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar. (d) Lakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa yang menunjukkan kelainan-kelainan tertentu. (e) Lakukan analisis sosiometris dengan memilih temantedekat di antara sesama siswa. 2) Identifikasi Masalah Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi permalsahan yang dihadapi oleh setiap siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokalisasi dan dibatasi dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar: (a) Secara substansial-material, hendaknya dialokalisasi pada jenis bidang studi mana saja. (b) Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat kategori belajar proses-proses mental dari delapan kategori belajar menurut Gagne. (c) Secara behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. (d) Mungkin terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa. 3) Diagnosis Dalam konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada : (a) raw input (b) instrumental input (c) enviromental input (d) tujuan pendidikan Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan faktor penyebab permasalahan di atas, antara lain: (a) Untuk mendeteksi raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dan sebagainya. (b) Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan wawancara dan studi dokumeneter. (c) Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observasi dengan analisis anecdotal records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan. (d) Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional, wawancara, dan studi dokumenter. 4) Mengadakan Prognosis Langkah ini dilakukan setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memberikan hasil. Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini seyogianya tidak dilakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konferensi kasus. 5) Melakukan Tindakan Remedial atau Membuat Referral (Rujukan) Jika jenis permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang guru perlu segera melakukan referral pada ahli yang kompeten di bidangnya. 6) Evaluasi dan Follow Up Langkah apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha pemecahan masalah tersebut seyogianya dilakukan. b. Strategi Layanan Bimbingan Belajar Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu : 1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus yang dihadapinya Sesuai dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu dalam kelompok. o Layanan bimbingan kelompok, diselenggarakan bila : (1) Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama. (2) Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan orang lain. Layanan bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara: (1) Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan sebagainya. (2) Informal, seperti : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya. o Layanan bimbingan individual Layanan ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya. 2. Berdasarkan Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya Mathewson mengidentifikasi tiga strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut : a) The strategy guidence thoughout the classroom Dalam strategi bimbingan melalui kelas ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana. b) The strategy of guidance throughout supplementary services Dalam strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini dapat dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan vokasional. c) The strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community Dalam strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan menuntut terciptanya suatu kerja sama yang harmonis di antara semua komponen yang terlibat. Tujuan Bimbingan belajar dan Konseling Secara umum tujuan layanan BK adalah membantu peserta didik mengenal bakat,minat,dan kemampuanya,serta memilih dan menyasuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.Sedangkan secara khusus layanan BK bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,sosial,belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial dimaksutkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa,mandiri dan bertanggung jawab.Dalam aspek pribadi-sosial,BK membantu peserta didik agar: 1. Memiliki kesadaran diri dan dapat mengembangkan sikap positif 2. Membuat pilihan secara sehat 3. Menghargai orang lain 4. Mempunyai rasa tanggung jawab 5. Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi (interpersonal) 6. Menyelesaikan konflik 7. Membuat keputusan secara efektif Bimbingan belejr di maksutkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan.Dalam aspek tugas perkembangan belejar.BK membantu peserta didik agar: 1. Dapat melaksanakan ketrampilan/teknik belajar secara efektif 2. Dapat menentukan tujuan dan perencanaan pendidikan 3. Mampu belajar secara efektif 4. Memiliki kentrampilan dan kemampuan dalam menghadapi ujian Bimbingan karier di maksutkan untuk mewujudkan pribadi pekerja dan produktif.Dalam aspek perkembangan karier.BK membantu peserta didik agar: 1. Dapat membentuk identitas karier 2. Dapat merencanakan masa depan 3. Dapat membentuk pola karier 4. Mengenali ketrampilan,kemampuan,dan minat dalam dirinya. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Bimbingan ahli memberikan barbagai fungsi BK yang berbeda-beda.Sejumlah fungsi BK dapat di kemukakan sebagai berikut. a. Fungsi pemahaman.adalah fungsi BK yang akan menghasilkan pemahaman peserta didik tentang diri dan lingkungan. b. Fungsi pencegahan, adalah fungsi BK dalam upaya mencegah peserta didik agar tidak menemui permasalahan yang akan dapat mengganggu,menghambat,atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya. c. Fungsi perbaikan,adalah fungsi BK dalam membantu peserta didik mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi. d. Fungsi pemeliharaan,adalah fungsi BK untuk menjaga agar perilaku peserta didik yang sudah menjadi baik jangan sampai rusak kembali. e. Fungsi pengembangan,adalah fungsi BK dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yamg dimiliki peserta didik f. Fungsi penyaluran,adalah fungsi BK dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat,minat,keahlian,dan ciri-ciri kepribadianya. g. Fungsi penyesuaian,adalah fungsi BK dalam membantu peserta didik menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal. h. Fungsi adaptasi,adalah fiungsi BK dalam membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan,serta kebutuan peserta didik. BAB III PENUTUP Kesimpulan Bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memilii kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya. Sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempumyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna.Pada zaman sekarang dunia pendidikan telah terjadi perubahan,seperti perubahan sistem,pendidikan kurikulum, metode mengajar dan lain-lain. Dalam masalah ini BK sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik mengenal bakat,minat dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan merensanakan karier yang sesuai dengan tuntutan kerja.

Sabtu, 10 Maret 2012

PEMILIHAN KATA YANG TEPAT / DIKSI

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah karena rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMILIHAN KATA YANG TEPAT / DIKSI ”. Makalah ini yang penulis susun berguna untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam mata kuliah Bahasa Indonesia . Penulis selaku manusia biasa pasti mempunyai kesalahan dan kekurangan, untuk itu apabila ada kesalahan atau kekurangan penulisan atau penyusunan dalam makalah ini, penulis mohon kritik dan saran yang membangun, agar suatu saat nanti dapat menyusun makalah yang lebih baik. Akhirnya, makalah yang berjudul “PEMILIHAN KATA YANG TEPAT / DIKSI” ini semoga menjadi makalah yang bermanfaat bagi semua pihak. Jombang, September 2011 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan ilmu yang mempelajari tentang penulisan dan pembicaraan yang tepat dan benar. Kata merupakan satu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional. Maksudnya, kata memiliki komposisi tertentu,baik secara fonologis maupun morfologis,dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas, yaitu dapat digunakan sesuai dengan kepentingan. Kata – kata itu dapat di tata dalam suatu konstruksi yang lebih besar sesuai dengan kaidah – kaidah sintaksis suatu bahasa. Konstruksi yang demikian akan terlihat dalam proses komunikasi, akan tetapi yang sangat penting dari penataan kata – kata itu ialah pengertian [ sense ] yang tersirat dari penggunaan kata tersebut. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam komunikasi akan dapat saling memahami dan aktivitas komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar. Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa tiap kata mengungkapkan suatu gagasan atau ide,artinya, kata merupakan media penyalur gagasan, hal ini sejalan dengan uraian Keraf yang menyatakan bahwa semakin banyak kata yang dikusai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya. [1] 1.2 Rumusan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan diksi dan kalimat efektif ? 2. Apa peranan diksi dalam Penulisan Karya Ilmiah ? 3. Bagaimanakah penggunaan bahasa efektif dalam Karya Ilmiah ? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Diksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia [ KBBI ] diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. [ 2 ] Menurut Wiwipidea, Diksi dalam arti aslinya yang pertama merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti yang kedua lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan di pahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, dari pada pemilihan kata dan gaya. [ 3 ] Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang.Bahkan makna kata bisa saja ‘’diubah “ saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Didalam karangan ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten ( taat asas ). Oleh karena itu,pilihan kata dalam penulisan karangan ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas. Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya yang tepat. Disamping itu,ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa – nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakainya. Contoh : 1. Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya kata pahit dan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir, tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu getir. 2. Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiaknosis secara praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama, akan tetapi ketiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya, masing – masing kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang dikandungnya. Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana, sistematis, dan menggunakan metode ilmiah. Hasil dari aktiviras ini dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan penelitian. Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktivitas yang mengacu kepada upaya- upaya mencari bukti – bukti yang mendukung pernyataan seseorang. Aktivitas ini dilakukan oleh orang – orang yang berwenang menangani kasus hukum, seperti polisi. Produk dari aktivitas ini dikenal dengan hasil penyelidikan. Kata mendiaknosis terkait dengan aktivitas para medis, dokter yang dilakukan atas dasar keluhan pasiennya. Aktivitas itu dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita pasien melalui gejalaa – gejala yang dirasakan pasiennya atau indikator – indikator lain yang terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktivitas ini dikenal dengan diagnosis. 2.2 Peran Diksi dalam Karangan Ilmiah Karangan Ilmiah merupakan komunikasi antara penulis dengan pembaca. Agar komunikasi itu efektif dan efisien , maka seorang penulis perlu berhati – hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang di gunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya. Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal – hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat – syarat itu ialah; a. Ketepatan Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dan pembaca. b. Kesesuaian Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain – lain. Contoh : Kata “ Kamu, “ Anda “, dan “ Saudara”, merupakan kata – kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai – nilai sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda. Seperti : Saya sama besar dengan kamu. Saya sama besar dengan anda. Saya sama besar dengan saudara. 2.3 Pengertian Kalimat Efektif Menurut Razak,kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan kejiwaan manusia lainnya, dengan demikian, hanya kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan kepada kalimat efektif. Sedangkan menurut Zulfahmi, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Untuk mengungkapkan atau mengkomukasikan gagasan pengarang maka diperlukan kalimat yang baik. Pernyatan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang menampung gagasan pengarang.Dalam formulasi lain, kalimat dapat didefinisikan sebagai wujud dari perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis. Sehubungan dengan itu, Keraf menegaskan bahwa seorang pengarang perlu mengusai beberapa aspek bahasa,antara lain : a.Kosa kata yang digunakan b.Kaidah – kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif c.Gaya penyampaian d.Penalaran. Penguasaan terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan seorang pengarang mampu menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat dan mampu menarik perhatian pembaca. Kalimat yang seperti itulah yang dapat diklasifikasikan kepada kalimat yang efektif. 2.4 Syarat Kalimat Efektif Kalimat efektif memiliki kemampuan untuk melahirkan dan memicu kembali gagasan – gagasan pembaca yang identik dengan gagasan pengarang.Disamping itu,kalimat efektif juga memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemonotonan sebuah tulisan atau karangan. Untuk kepentingan tersebut, pengarang harus mampu memodifikasi kalimat yang digunakannya. Dalam hal ini, Keraf mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu; Kesatuan gagasan, koherensi antar unsurpembentuk kalimat, penekanan,variasi kalimat,paralelisme, dan penalaran. a. Kesatuan Gagasan Kesatuan gagasan dibentuk melalui unsur – unsur yang membangun kalimat dengan memperhatikan ide pokok kalimat tersebut, sehingga kalimat tersebut hanya mengandung satu ide pokok. Dengan kata lain, kesatuan gagasan sebuah kalimat ditandai dengan keberdaan satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Kesatuan gagasan dalam kalimat itu dapat dibentuk dengan berbagai cara, meskipun kalimat secara praktis dibangun oleh unsur – unsur fungsional yang disebut sebagai subyek ( S ), prediket ( P ),objek ( O ), pelengkap ( Pel ), dan keterangan ( K ). Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat dibentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Kesatuan tunggal terdapat pada kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat saja, yaitu : SP, SPO, SPPel, SPK, SPPelK, atau SPOK. Kesatuan gabungan, kesatuan yang mengandung pertentangan,dan kesatuan pilihan terdekat pada kalimat majemuk, yaitu : Kalimat yang terdiri dari dua pola atau lebih, seperti : SP-SP,SPO-SPPel, SP-SPOK, dan sebagainya. Untuk lebih mengetahui perbedaan antara kesatuan – kesatuan itu, amati contoh – contoh berkut : 1) Sebagai homo loquens, manusia memiliki kemampuan berbahasa. ( kesatuan tunggal ). 2) Suatu hal yang tidak dapat dibantah oleh para ilmuan ialah ilmu sarat dengan nilai – nilai. ( kesatuan tunggal ). 3) Ketika ujian semester berlangsung, semua mahasiswa terpaku pada kertas jawabannya, sedangkan pengawas hilir mudik memperhatikan mahasiswa. ( kesatuan yang mengandung pertentangan ) 4) Hary menerima bingkisan dari ibunya kemaren, dan telah membukanya beberapa jam yang lalu. ( kesatuan gabungan ) 5) Kamu pergi ke kampus atau ikut denganku ke tempat Andre. ( kesatuan pilihan ). b. Koherensi Koherensi ialah adanya hubungan yang jelas antara unsur yang satu dengan yang lain dalam membangun ide pokok kalimat. Kepaduan itu menunjuk hubungan yang erat antara unsur – unsur pembentuk kalimat, yaitu antara subyek – prediket, prediket – obyek, dan keterangan unsur pokok. Koherensi antar unsur pembentuk kalimat sangat terkait dengan kesatuan gagasan yang terkandung dalam kalimat tersebut. Jika antar unsur pembentuk kalimat tidak memiliki koherensi secara jelas, maka kalimat tersebut akan sanggup mewakili gagasan penulis. Sehubungan dengan itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seseorang sebelum menuangkan gagasannya kedalam sebuah kalimat yang efektif,yaitu : 1) Pola kalimat 2) Penggunaan kata depan dan kata penghubung 3) Penempatan keterangan : oposisi dan aspek 4) Penggunaan kata yang tidak berlebih – lebihan c. Penekanan Bahagian Kalimat Penekanan mengacu kepada upaya yang dilakukan untuk menonjolkan unsur yang dipentingkan dalam sebuah kalimat. Penekanan itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain dengan mengubah posisi kalimat ( unsur yang dipentingkan ), menggunakan repetisi ( pengulangan bentuk yang sama ), menggunakan pertentangan, dan menggunakan pertikel penegasan. Contoh : 1.Bagi alam pikiran Minangkabau, yang dimaksud dengan harta ialah benda – benda yang tidak bergerak, seperti : tanah, sawah, ladang dan rumah. 2.Yang dimaksud dengan harta bagi alam pikiran Minangkabau ialah benda – benda tidak bergerak, seperti : tanah, sawah, ladang dan rumah. ( mengubah posisi kalimat ) d. Variasi Kalimat Variasi ditujukan agar kalimat yang digunakan dapat menarik perhatian pembaca, sehingga sifat monotoni kalimat dapat diminimalkan. Variasi kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata yang bersinonim atau penjelasan yang berbentuk frase, keragaman bentuk kalimat (panjang pendeknya kalimat), penggunaan bentuk kata me – dan di -), dan dengan mengubah posisi kalimat. Dengan demikian, sebuah gagasan sebenarnya dapat di tuangkan dengan aneka ragam kalimat. Contoh : a. Menulis adalah aktivitas yang mengasikkan ( menulis menjadi penekanan, penulis = subjek) b. Menulis, baik dalam koridor normatif maupun kreatif, merupakan aktivitas yang mengasikkan.(menulis dijelaskan dengan frase) c. Meskipun banyak aktivitas lain yang menarik, menulis tetap merupakan aktivitas yang mengasikkan. ( ditulis dalam bentuk kalimat majemuk ) d. Aktivitas yang mengasikkan adalah menulis ( mengubah posisi kalimat ) e. Paralelissme Pararelisme adalah penempatan gagasan – gagasan yang memiliki fungsi dan esensi yang sama dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Maksudnya, gagasan – gagasan yang memiliki fungsi dan nilai yang sama ditulis sejajar secara gramatikal. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal – hal yang menjadi syarat dari Diksi, yaitu: a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca. b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain – lain. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Beberapa syarat Kalimat yang efektif adalah : 1. Kesatuan Gagasan 2. Koherensi 3. Penekanan Bahagian Kalimat 4. Variasi Kalimat 5. Paralelisme DAFTAR PUSTAKA Depdikbud,1994,Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka ). Djajasudarma,T.Fatimah,1999,Penalaran Deduktif – Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia, ( Bandung : Alqaprint Jatinangor ) Keraf, Gorys, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : Gramedia ) Ramlan, M, dkk., 1994, Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, ( Yogyakarta : Andi Offset ) Razak, Abdul, 1985, Kalimat Efektif : Struktur, Gaya dan Variasi, ( Jakarta : Gramedia ) Triana, Hetti Waluati, 2003, Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah, ( Padang : IAIN IB Press ) Zulfahmi,1999, Alikasi Bahasa Indonesia, ( Padang : IAIN IB Press ) MAKALAH PEMILIHAN KATA YANG TEPAT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pembimbing : Dra.Hj. Sri Ismayawati,M.Pd. Disusun oleh : 1. Fatkhul Qorib 2. Ahmad Amiruddin 3. Ahmad Ma’arif 4. Misbakhul Hadi 5. Misbachul Munir (Kelas I-A) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL – URWATUL WUTSQO TAHUN AJARAN 2011/2012

Kepribadian Manusia


1. Kepribadian Manusia :
 - Definisi Kepribadian
 - Teori Kepribadian 
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
 2. Pengembangan Kepribadian
 - Tipologi Temperamen
 - Tipologi Berdasarkan Kebudayaan 
 - Tipologi Berdasarkan Kedudukan Anak dalam Keluarga
 I. Kepribadian manusia
 I.2 Definisi Kepribadian Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Kranya patut diakui bahwa diantara ahli psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi kepribadian itu. Boleh dikatakan, jumlah arti dan definisi kepribadian adalah sebanyak ahli yang mencoba menafsirkannya. Pembahasan kita tentangg arti kepribadian akan dimulai dengan membahas kepribadian menurut orang awam atau pengertian kepribadian yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan maksud mempermudah pemahaman kita tentang arti kepribadian yang sesungguhnya menurut pengertian yang ilmiah (psikolog). 1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin: persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Pada waktu itu, setiap setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat-laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjumpai pengertian kepribadian semacam ini melalui ungkapan-ungkapan seperti: “didi berkepribadian pahlawan,” atau “dewi memiliki kepribadian kartini sejati.” Disamping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Comtohnya, kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, kepada orang yang supel dikenakan atribut “berkepribadian supel”, dan kepada orang yang suka bertindak keras dikenakan atribut “berkepribadian keras”. Selain itu bahkan sering pula kita jumpaai ungkapan atau sebutan “tidak berkepribadian”. Yang terakir ini biasanya dialamatkan kepada orang-orang yang lemah, plin-plan, pengecut, dan semacamnya. Dari uraian di atas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut pengertian sehari-hari, menunjuk bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pengertian keepribadian seperti ini mudah dimengerti dan, karenanya, juga mudah dipergunakan. Tetapi sayangnya pengertian kepribadian yang mudah dan luas dipergunakan ini lemah dan tidak bisa menerangkan arti kepribadian yang sesunggunya, sebab pengertian kepribadian tersebut hanya menunjuk terbatas kepada ciri-ciri yang dapat diamati saja, dan mengbaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi keliling. Tambahan pula, pengertian kepribadian semacam itu lemah disebabkan oleh sifatnya yang evaluatif (menilai). Bagaimanapun, kepribadian itu pada dasarnya tidak bisa dinilai ‘baik’ atau ‘buruk’ (netral). Dan para ahli psikolog selalu berusaha menghindarkan penilaian atas kepribadian. 2. Kepribadian menurut psikologi Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikolog bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian yang terkemuka. George Kelly, misalnya, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Teoris yang lain, Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan“. Tepatnya rumusan Allport tentang kepribadian adalah:”kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.” Allport menggunakan istilah ‘sistem psikofisik’ dengan maksud menunjukkan bahwa “jiwa” dan “raga” manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah “khas” dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian sama. Sementara Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego,dan superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut. Sungguhpun berbeda-beda, batasan-batasan kepribadian yang dirumuskan oleh beberapa teoris kepribadian tersebut di atas telah dapat menunjukkan bahwa pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi adalah berbeda dan jauh lebih luas dari pada penggertian kepribadian yang biasa dijumpai dalam percakapan sehari-hari, baik dalam isi maupun dalam jangkauannya. Dan di balik perbedaab rumusannya, sebagaian besar definisi atau batasan yang disusun oleh para teoris kepribadian memiliki beberapa persamaan yang mendasar, yakni: a) Sebagian besar batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotetis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan perkataan lain, kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku. b) Sebagaian besar battasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian” keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannyadengan individu lain diharapkan menjadi jelas atau dapat dipahami. Pendek kata, para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri settiap orang. c) Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan dan perspektif. Kepribadian menurut teoris kepribadian, mempresentasikan proses keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan perkataan lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan. I.2 Teori Kepribadian A. Sigmund Freud:Teori Kepribbadian Psikoanalisis 1) Struktur kepribadian Menurut freud stuktur kepribadian terdiri atas 3 sistem ;  Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id bekkerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera immpuls biologis.  Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataa, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego terbentuk sebagai hasil kontak dengan dunia luar.  Superego (hati nurani) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif(menyangkut baik-buruk) 2) Dinamika kepribadian  Naluri (instink) adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.  Nalur-naluri yang terdapat pada manusia bisa dibedakan ke dalam dua macam naluri, yakni naluri-naluri kehidupan(life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts)  Penyaluran dan penggunaan energi psikis Dinamika kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego, superego. Karena jumlah energi itu terbatas maka akan terjadi persaingan. Kalau suatu aspek banyak mempergunakan energi maka aspek yang lain menjadi lemah.  Kecemasan Freud mengemukakan ada 3 macam kecemasan yaitu; - Kecemasan realistis yaitu takut akan bahaya dunia luar. - Kecemasan neurotis yaitu kecemasan yang tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang dapat di hukum. - Kecemasan moral yaitu mempunyai dasar dalam realita karena dimasa lampau orang telah mendapatkan hukuman, sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar moral. 3) Ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai yaitu: represi, sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi, dan regresi. 4) Perkembangan Kepribadian berlandaskan dua premis,yaitu : bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal, dan energi seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksuual yang bersumber pada proses-proses naluriah organisme. Adapun fase-fase perkembangan psikoseksual itu adalah; • Fase oral: 0-1 tahun, pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamis. • Fase anal: 1-3 tahun, pada fase ini apabila ibu bersikap keras dan menekan, anak menahan fesesnya. Sedangkan apabila ibu membimbing dengan kasih sayang maka anak memperoleh pengertian bahwa memproduksikan feses adalah penting. • Fase falik:3-5 tahun, fase ini alat kelamin merupakan organ terpenting. • Fase laten: 5-12 tahun, pada fase ini implus cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan. Anak-anak pada masa ini lebih mudah dididik dari pada fase-fase sebelumnya. • Fase pubertas: 12-20 tahun, fase ini implus menonjol kembali. • Fase genital: 20- akhir,artinya individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang-orang lain diinginkan karena menambah bentuk-bentuk kenikmatan jasmani. B. Skinner: Teori Kepribadian Behaviorisme 1) Pendekatan Psikologi Skinner  Tentang otonomi manusia Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku. Manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang belum mampu kita terangkan dengan cara lain. Kreberadaan “manusia otonom” itu tergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akkan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita telah mengetahui banyak tentang tingkah laku.  Penolakan atas Penguraiaan Fisiologis-Genetik Penolakan skinner ataspenguraian fisiologis-genetik darri tingkah laku itu sebagaian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku. Bahkan meskipun bisa dilihat bahwa sejumlah aspek tingkah laku berkaitan dengan waktu kelahiran, tipe tubuh, atau konstitusi genetik, fakta tersebut terbatas kegunaannya.  Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Tingkah Laku Memahami tingkah laku adalah dengan mengenddalikannya, dan sebaliknya. Skinner menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, atau anggapan bahwa tingkah laku bisa muncul tanpa sebab.  Kepribadian Menurut Perspektif Behaviorisme Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dam pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. 2) Pengondisian Operan  Mencatat tingkah laku Dalam pengondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu mulai muncul.  Jadwal perkuatan Yang dimaksud jadwal perkuatan adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan.  Tingkah laku takhyul Tingkah laku takhyul adalah tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respons-perkuatan kebetulan itu.  Shaping Shaping adalah pembentukan suatu respons mmelalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu.  Pemerkuat sekunder Pemerkuat sekunder adalah suatu hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat pimer berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses belajar pada organisme.  Penggunaan stimulus aversif Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan, dan selalu ingin dihindari oleh organisme.  Generalisasi dan diskriminasi stimulus Generalisasi stimulus adalah kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari sati situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan diskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. C. Abraham Maslow: Teori Kepribadian Humanistik 1) Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik Psikologi humanistik sesungguhnya bukan suatu organisasi tunggal dari teori atau sistem, melainkan lebih tepat jika disebut sebagai gerakan. Eksistensialisme adalah sebuah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu dan sebagai problema yang unik dengan keberadaannya. Para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Para ahli psikologi humanistik pun menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Psikologi humanistik mengambil model dasar manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Konsep penting lainnya yang diambil oleh psikologi humanistik dari eksistensialisme itu adalah konsep kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Eksistensialisme menekankan tentang kesadaran manusia, perasaan subjektif, dan pengalaman-pengalaman personal yang berkaitan dengan keberadaan individu dalam dunia bersama individu-individu lainnya. 2) Ajaran-Ajaran Dasar Psikologi Humanistik  Individu sebagai keseluruhan yang integral Dalam teori Maslow dengan prinsip holistiknya itu, motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan, dan bukan secara bagian: “Dalam teori yang baik tidak ada yang namanya kebutuhan perut, mulut, atau kebutuhan alat kelamin. Yang ada adalah kebutuhan individu. Yang membutuhkan itu bukan perut jhon smith, melainkan jhon smith. Keputusan dirasakan oleh individu, bukan oleh sebagian tubuh individu. Makanan memuaskan jhon smith, bukan memuaskan perut jhon smith.” (Maslow, 1970)  Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan Maslow menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia karena hal itu mangabaikan ciri-ciri yang khas manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dsb.  Pembawaan baik manusia Psikologi humanistik memiliki anggapan, bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan merupakan bawaan.  Potensi kreatif manusia Potensi kreatif merupakan potensi yang umum pada manusia. Kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi pembuat sepatu, pembuat rumah, pedagang, eksekutif perusahaan, atau menjadi profesor.  Penekanan pada kesehatan psikologis Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesakkan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal. 3) Teori Kebutuhan Bertingkat  Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (physiological needs) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak penuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.  Kebutuhan akan rasa aman (need for self-security) Kebutuhan akan rasa aman adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.  Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness) Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik sesama jenis maupum dengan yang berlainan jenis, dilingkungan keluarga ataupun lingkungan kelompok di masyarakat.  Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem) Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri. Bagian kedua meliputi antara lain prestasi.  Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization) Kebutuhan untuk mengungkap diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. 4) Motif Kekurangan(deficit motive) dan Motif Pertumbuhan(growth motive) Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan. Berbeda dengan motif kekurangan, motif-motif pertunbuhan adalah motif-motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman, dan karenanya juga memberi semangat hidup. I.3 Faktor-Faktor Yang Mempengarui Kepribadian 1. Faktor genenika Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu di bentuk dari 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu, dan 23 kromosom (pasangan x y)dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis/mental individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut. Berbagai studi tentang perkembangan pranatal (sebelum kelahiran/ masa dalam kandungan) menunjukan bahwa kemampuan menyesuaikan diri terhadap kehidupan setelah kelahiran (post natal) berdasar atau bersumber pada masa konsepsi. Masa dalam kandungan di pandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan–kemampuan yag menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung addalah (1) kualitas sistem syaraf, (2)strukutur tubuh. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah 1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan tempermen;2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas); dam mempengaruhi keunikan kepribadian. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut. a. Penelitian dengan metode sejarah (riwayat) keluarga. b. Metode selektivitas keturunan c. Penelitian terhadap anak kembar d. Keragaman konstitusi (postur) tubuh 2. Faktor lingkungan(environment) faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan dan sekolah. A. Keluarga keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentuk kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifitas anak. (2) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.(3) para anggota keluarga merpakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak. B. Faktor Kebudayaan kluckhohn berpandapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kitaa untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku) memilikitradisi ,adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang menyangkut cara berpikir, car bersikap, atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir. C. Sekolah lingkingan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya: 1) iklim emosional kelas 2) sikap dan perilaku guru 3) disiplin (tata tertib) 4) prestasi belajar 5) penerimaan teman sebaya II. Pengembangan Kepribadian Pengembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Pengenbangan kepribadian dibagi menjadi tiga tipologi : 1. Tipologi temperamen 2. Tipologi berdasar kebudayaan 3. Tipologi kedudukan anak dalam keluarga II.1 Tipologi Tempramen A. Pengertian Temperamen Temperamen adalah konstanta, warna, dan bentuk penghayatan atau pengalaman seseorang serta cara bereaksi dan cara bergeraknya. Disebut konstanta, karena temperamen mmerupakan suatu keadaan atau potensial dari penghayatan alam perasaan yang relatif tetap. Temperamen mencakup dasar-dasar emosi berupa penghayatan dan pengalaman serta cara bergerak yang merupakan bagian dan kepribadian seseorang. Warna penghayatan atau pengalaman merupakan suasana jiwa yang melatar belakangi rasa kegenbiraan dan rasa kesedihan. Ada orang yang mempunyai warna penghayatan gembira, artinya cenderung untuk selalu dalam keadaan gembira. Bila ditimpa kemalangan, ia menjadi sedih dan muram, namun kesedihan itu cepat berlalu dan beberapa saat kemudian suasana gembira akan hadir kembali. Ada pula orang yang mempunyai suasana penghayatan sedih, sehingga kesedihan mendominasi kehidupan jiwanya. Suasana jiwa gembira berhubungan dengan sikap terbuka dan spontan, sedangkan suasana perasaan sedih erat hubungannya dengan sikap menutup diri dan pengekangan diri dalam menghadapi dunia luar. Selain warna penghayatan, temperamen mencakup pula bentuk penghayatan yang merupakan gejala emosional yang mengukuti proses dunia seseorang. Bentuk penghayatan itu mencakup kekuatan atau intensitas kepekaan, kedalaman, dan jangka waktu kelangsungannya. Cara bereaksi dan bergerak juga di tentukan oleh temperamen. Ada orang yang cepat dan tangkas dalam reaksi dan geraknya, tetapi ada pula orang yang lambat dan tenang-tenang saja. Kecepatan bereaksi dan berbuat ini ada hubungan vitalitas dan temperamen. Kalau sifat-sifat tenaga pendorong merupakan aspek temperamen. Temperamen merupakan faktor pembawaan karena terikat pada konstitusi atau bentuk tubuh dan proses faal seseorang, sehingga sukar untuk diubah. Walaupun demikian, tmperamen bukanlah bagian dari jasmaniah, karena temperamen merupakan lapisan kepribadian yang tidak ada hubungannya dengan otot atau bagian. Menurt Galenus: tempramen adalah sifat-sifat kejiwaan yang di tentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan dalam tubuh. Menurut Kretschmer: tempramen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Menurut Kohnstamm: tempramen adalah rohani yang bersangkutan dengan konstitusi jasmani dan dibawa sejak lahir. Persamaan yang dapat diambil dari tiga pendapat di atas: 1. Temperamen adalah aspek kejiwaan dari pada kepribadian 2. Di pengaruhi oleh konstitusi jasmaniahh 3. Dan kesimpulan adalah temperamen itu dibawa sejak lahir, dan karenanya sukar diubah oleh pengaruh dari luar. B. Tipologi yang Berdasarkan Sifat Jiwa  Tipologi Plato a) Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu: 1. Pikiran berkedudukan dikepala 2. Kemauan berkedudukan di dada 3. Hasrat berkedudukan di perut b) Atas dasar dominasi salah satu diantara ketiga bagian jiwa itu maka manusia dapat di golongkan menjadi tiga tipe, yaitu: 1. Orang yang terutama dikuasai oleh pikir 2. Orang yang terutama dikuasai oleh kemauan 3. Orang yang terutama dikuasai oleh hasrat  Madzab Perancis 1. Tipologi Queyret Queyret menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan atas daya-daya mana yang dominan, maka dapat dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut: a. salah satu daya atau aspek yang dominan. • Tipe meditatif / intelektual dimana daya kognitif dominan • Tipe emosional, dimana daya afektif dominan • Tipe aktif, dimana daya konatif dominan b. dua daya yang dominan • Tipe mediatatif emosional / sentimental, daya kognitif dan afektif dominan • Tipe aktif emosional atau orang garang, daya afektif dan konatif dominan • Tipe aktif meditatif orang kemauan, daya konatif dan kognitif dominan  Tipologi Malapert Malapert juga menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat di ikhtisarkan sebagai berikut: Tipologi Malapert di bagi menjadi empat macam: a. tipe intelektual - golongan analitis - golongan reflektif b. tipe afektif - golongan emosional - golongan nafsu c. tipe volunter - golongan tanpa-kemauan - golongan besar-kemauan d. tipe aktif - golongan tak-aktif -golongan aktif C. Tipologi Kant dan Neo-Kantianisme  Tipologi Kant Temperamen dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinnert, sedangkan charakter dipandangnya sebagai corak pikiran atau denkungsart. Dua aspek temperamen: 1. Aspek fisiologi yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan jasmaniah. 2. Aspek psikologis kecenderungan-kecenderungan keiwaan yang disebabkan oleh komposisi darah.  Tipologi Neo-Kantianisme Berbeda dari kant, dia membatasi temperamen pada segi perasaan saja, sebab dia berpendapat memang hanya itulah yang ada. Secara garis besar dapat di gambarkan menggunakan bagan berikut. Temperamen Kemauan Tindakan Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok, yaitu: a. Kepekaan kehidupan efektif, yaitu mendalam dan tidaknya pengaruh perangsang. b. Bentuk kejadian efektif, dan ini tergantung kepada dua hal lagi, yaitu: -mobilitas perasaan -kekuatan perasaan D. Tipologi J. Bahnsen Bahnsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam keadaan jiwa, yaitu: 1. A. Temperamen: Temperamen ditentukan oleh empat faktor, yaitu : spontanitas, reseptivitas, impresionabilitas, dan reaktifitas. B. Kemauan: Kemauan oleh bahnsen dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku manusia. 2. Posodynie: ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam penderitaan. 3. Daya Susila: keakapan manusia untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik dan buruk, serta untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut. E. Teori E. Meumann Menurut Meumann, watak diberi batasan sebagai disposisi kemauan; secara bagan: Watak Kemauan Perbuatan. Kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu: 1. aspek yang mempunyai dasar kejasmanian, mencakup: a) intensitas atau kekuatan kemauan. b) lama atau tiddaknya orang melakukan tindakan kemauan. c) sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang juga punya dasar fisiologi. 2. Aspek Afektif Temperamen oleh Meumann diberinya batasan sebagai bentuk afektif aktivitas yang tergantung kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional. Bagaimanakah kita mengetahui disposisi-disposisi afektif itu? Meumann menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang perasaan. 3. Aspek Kecerdasan Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas,yaitu: a) yang berhubungan dengan sifat kerja mental b)yang melingkupi taraf kebebasan intelektual c)yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berpikir F. Tipologi Heymans Heymans berpendapat, bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiannya, dan tipe-tipe kepriibadian itu bukan main banyak macamnya. Boleh dikatakan tak terhingga namun secarra garis besarnya tokoh dapat digolong-golongkan. Dasar klasifikasinya ialah tiga macam kualitas kejiwaan, yaitu: 1. emosionalitas (emotionaleteit) yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki kecakapan ini, yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan karena pengaruh sesuatu kesan. Tetapi kecakapan tersebut berlain-lainan sekali tingkatannya. 2. proses pengiring yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tiidak lagi ada dalam kesadarannya. Disini juga ada berbagai tingkatan. 3. aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. G. Teori Kepribadian G. Ewald Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi disini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus(tegangan hidup, kekuatan hidup, tegangan energi), yaitu intensitas serta irama hidup, yang mengatur kecepatan serta kekuatan kegiatan-kegiatan hidup. Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terrhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara: watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh. II.2 Tipologi Berdasarkan Kebudayan: Teori Eduard Spranger A. Pokok-Pokok Teori Spranger 1. Dua Macam Roh(Geist) Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam roh, yaitu: a. roh subyektiif atau roh individual, yaitu roh yang terdapat pada manusia masing-masing individual. b. roh obyektif atau roh supra-individual, atau kebudayaan yaitu roh seluruh umat manusia, yang dalam concretnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma dan berkembang selama berabad-abad bersama-sama manusia individual. 2. Hubungan Antara Roh Subyektif Dan Roh Obyektif Roh subyaktif dan roh obyektif itu berhubungan secara timbal balik. Roh subyektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdappat pada masiing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan acuan roh obyektif:artinya roh individual itu terbentuk dan berkembang dengan memakai roh obyektif sebagaimana norma. Roh obyektif atau kebudayaan itu mengandung unsur-unsur yang telah mendapat pengakuan umum sebaggai hal-hal yang bernilai, karena itu diberi kedudukan yang tinggi dan ditaruh di atas roh individual. 3. Lapangan-Lapangan Hidup Kebudayaan (kultur) oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nila-nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur menurut struktur tertentu. 4. Tipologi Spranger a. Menurut Spranger ada enam tipe-tipe manusia,yang di simpulkan menggunakan tabel sebagai berikut: NO Nilai Kebudayaan Yang Dominan Tipe Tingkah Laku Dasa 1 Ilmu Pengetahuan Manusia Teori Berpikir 2 Ekonomi Manusia Ekonomi Bekerja 3 Kesenian Manusia Estetis Menikmati Keindahan 4 Keagamaan Manusia Agama Memuja 5 Kemasyarakatan Manusia Sosial Berbakti/Berkorban 6 Politik Manusia Kuasa (Ingin) Berkuasa/Memerintah b. Pecandraan Tipe-Tipe secara garis besar Spranger mengemukakan hal yang berikut ini. Seseorang itu corak sikap hidupnya ditentukan oleh nilai kebudayaan mana yang dominan,yaitu nilai kebudayaan mana yang olehnya dipandang sebagai nilai yang tertinggi. Di bawah ini diberikan seccara singkat pecandraan tip-tipe tersebut. (1) manusia teori yaitu seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Cita-citanya adalah mencapai kebenarannmya an hakikat dari pada benda-benda. Tujuan yang dikejar oleh manusia teori adalah pengetahuan yang obyektif, sedangkan segi lain seperti misalnya soal-soal moral, keindahan, dan sebagainya terdesak ke belakang. (2) manusia ekonomi. Orang-orang yang termasuk golongan manusia ekonomi ini selaluu kaya akan gagasan-gagasan praktis, kurang memperhatihkan bentuk tindakan yang dilakukannya, sebab perhatiannya terutama tertuju daripada hasil dari tindakannya itu, hasilnya bagi dirinya sendiri.manusia golongan ini akan menilai segala sesuatu hanya dari segi kegunaanya dan nilai ekonomisnya. (3) manusia estetis. Manusia estetis manghayati kehidupan seakan-akan tidak sebagai pemain, tetapi sebagai penonton. Dia selalu seorang impresionis, yang menghayati kehidupan secara pasif. Di samping itu dapat juga dia seorang ekspresionis, yang mewarnai segala kesan yang diterimanya dengan pandangan jiwa subyektif. (4) manusia agama. Bagi seorang yang termasuk golongan tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti daripada hidup ini (5) manusia sosial. Sifat utama daripada manusia golongan tipe ini adalah besar kebutuhannya akan adanya resonansi dari sesama manusia. Butuh hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan umum. (6) manusia kuasa. Manusia kuasa bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan kekuasaanya sendiri. Dorongan pokoknya adalah ingin berkuasa.semua nilai-nilai yang lain diabdikan kepada nilai yang satu itu. c. Diferensiasi Tipe-Tipe keenam tipe yang baru saja dikemukakan pencandraanya itu adalah tipe-tipe pokok. Spranger tidak berhenti dengan mengemukakan tippe-tipe pokok itu saja, tetapi dia masih mengemukakan diferensiasi tipe-tipe dan kombinasi tipe-tipe itu. (1) diferensiasi tipe-tipe Pada masing-masing tipe masih dapat diketemukan adanya variasi lagi, yaitu berdasarkan kepada komponen-komponen yang paling menentukan dalam tipe tersebut. Misalnya saja, manusia teori masih dapat lagi dibedakan adanya tiga variasi, yaitu: - Manusia teori empiris - Manusia teori sebagai rasionalis - Manusia teori sebagai kritisis. (2) kombinasi tipe-tipe Seperti telah dikemukakan, keenam tipe yang telah dibicarakan itu adanya hanya di dalam teori dan tidak kita jumpai dalam kehidupan praktis. Dalam kenyataanya, jadi dalam kehidupan praktis, yang bisa kita jumpai justru kombinasi dari tipe-tipe teori dn tipe keagamaan, tipe teori dan tipe ekonomi, dan sebagainya.ataupun kombinasi lebih darri dua tipe. II.3 Tipologi Berdasarkan Kedudukan Anak dalam Keluarga 1. Anak Tunggal Anak tunggal merupakan tumpuan harapan keduanya orang tuanya. Kedua orang tua tidak ada tempat yang lain kecuali kepadanya. Karena itu orang tuanya sangat khawatir, ketakutan untuk kehilangan diri anak itu. Mereka akan berusaha melindunginya dengan seaman-amannya, memenuhi segala keinginannya, membiarkan dilakukan semua kehendaknya, tapi melarang anak melakukan sesuatu yang berat yang mengkhawatirkan, membahayakan dan bahkan semua perbuatan dipandang sebagai membahayakan jiwa anaknya. Tapi orang tua yang memaksakan perintah-perintah dan larangan-larangan baginya dengan maksud agar selalu menuruti kehendaknya, yang menurut pendapatnyya tentu akan memberi keslamatan dan kebahagiaan. Di rumah kadang ia diperlakukan sebagai raja, tapi kadang harus menjadi budak. Dari kedua kutub perlakukan ini si anak menjadi kebingunan. Sikap kebingunan ini bila di bawa dalam pergaulan dengan teman-temannya akan di anggap perbuatan yang aneh dan lucu sehingga akan menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Untuk menghindari hal tersebut ia bersembunyi, dan makin bersembunyi anak tersebut makin merasa kekurangan, dan tidak dapat berbuat apa-apa dan demikianlah ia terhanyut dalam lingkaran setan kehidupan. Dan bila dibiarkan berlanjut, maka anak akan jatuh dalam bencana karena ia selalu berada dalam dua dunia yang tidak imbang sehingga akan sering membawa kerusakan urat syarafnya. 2. Anak Sulung Anggapan umum yang kurang benar ialah bahwa anak sulung membawa beban berat diantara saudara-saudaranya. Pendapat itu muncul karena secara logika anak sulung nanti akan menggantikan kedudukan orang tua bila mereka tiada lagi. Kepadanya diserahkan tanggung jawab untuk kehidupan, keselamatan dan kebahagiaan saudara-saudaranya. Penyerahan tanggung jawab ini sudah di mulai sejak kecil. Ia di anggap sebagai yang bertanggung jawab atas semua kelakuan adik-adiknya. Anggapan ini kurang benar karena dalam penyarahan tanggung jawab orang tua terlalu cepat kepada anak. Sebab waktu si adik lahir ia masih dalam usia kanak-kanak dan belum memiliki sifat kedewasaan, bahkan ia merasa kasih sayabg orang tuanya akan terampas yang mengakibatkan ia harus selalu bersaing dengan adiknya untuk merebut perhatian orang tuanya. Disini kesanggupan orang tua untuk bertindak bijaksana sangat diharapkan sehingga dari anak-anak tidak timbul prasangka adanya pilih kasih, berat sebelah atau kurang adil. 3. Anak Bungsu Dari orang tua seakan-akan ada hak istimewa kepada anak bungsu, yakni apabila orang tua mempunyai banyak anak sehingga nampak status sosialnya menurun. Dengan menurunya status ekonomi sosial, si anak bungsu di rasakan sebagai anak yang hidup dalam keadaan yang tidak sama dengan kakak-kakaknya. Orang tua mencurahkan perasaan dengan perbuatan-perbuatan yang menampakkan lebih menyayangi si bungsu. Dari pihak kakak-kakaknya selalu berusaha untuk menyayanginya, memanjakannya, membantu, dan menyediakan segala keperluannya. Karena terlalu disayang dan diperhatihkan, maka si bungsu seakan-akan berada dalam kehidupan yang serba kecukupan dan menyenangkan sehingga memberi kesempatan kepada anak bungsu untuk berlaku manja. Sikap manja akan merugikan diri sendiri karena itu ia tidak akan mempunyai pengalaman untuk melakukan sesuatu. Padahal dapat melakukan sesuatu bararti memiliki pengertian tentang sesuatu itu. Daftar Pustaka • Koeswara. 1986. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco. • Sobur,Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. • Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikolgi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. • Djofanka.blogspot.com

MEMAHAMI TEORI_TEORI BELAJAR

MAKALAH MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pembimbing : Juliannie Kamelia Riza, S.Psi Disusun oleh Kelompok V : 1. Fatkhul Qorib 2. Hayatul Umam 3. Mochammad Taufiq 4. Hadi Santoso 5. Misbachul Munir 6. Ahmad Kholil SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL URWATUL WUTSQO JOMBANG 2011/2012 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah karena rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya, sehingga tugas kami ini dapat dapat terealisasi dengan baik. Sholawat dan Salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah bagi hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR”. Kami mengaku bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang kami susun guna untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Maka dari itu apabila ada kesalahan atau kekurangan kami dalam penyusunan makalah ini, kami mohon kritik dan saran yang membangun, agar suatu saat nanti dapat menyusun makalah yang lebih baik. Akhirnya,makalah yang berjudul “MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR” ini semoga menjadi makalah yang bermanfaat bagi semua pihak. Jombang, 12 februari 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………………… i Kata Pengantar…………………………………………………………………... ii Daftar Isi………………………………………………………………………… iii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2 C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………... 2 Bab II Pembahasan A. Teori Belajar Behavioristik...………………………………………............. 3 B. Teori Belajar Classacal Conditioning…………………………………….... 5 C. Teori Belajar Operant Conditioning……………………………………….. 7 D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behavioristik…………………………... 8 Bab III KESIMPULAN………………………………………………………...... 10 DAFTAR PUSTAKA…………………………..………………………………… 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi pendidikan adalah sub disiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri, tidak memiliki teori, konsep dan metode sendiri menurut sebagian ahli. Hal ini konon terbukti dengan banyaknya hasil riset psikologi-psikologi lain yang diangkat menjadi teori, konsep, dan metode psikologi pendidikan. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai sub disiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber (1988) seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck Austria. Teori Belajar Behavioristik menurut J.B Watson bahwa sebagai science psikologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku, lebih tegasnya lagi tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat di obserfasi. Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamati secara objektif. B. Rumusan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari teori Behavioristik, Classical Conditioning dan Operant Conditioning? 2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar Behavioristik untuk materi pembelajaran di sekolah? C. Tujuan Pembahasan Dari rumusan masalah diatas, penulis makalah bertujuan: 1. Untuk memahami teori belajar Behavioristik, Classical Conditioning dan Operant Conditioning. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar Behavioristik untuk materi pembelajaran di sekolah. BAB II PEMBAHASAN A. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar Behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Menurut dasar pendapat J.B Watson antara lain: 1. Masalah objek psikologi Watson berpendapat, bahwa sebagai science psikologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang tak dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku, lebih tegasnya lagi tingkah laku positif, yaitu tingkah laku yang dapat di obserfasi. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamati secara objektif. 2. Masalah Metode Watson menolak sama sekali metode introspektif, karena metode tersebut dianggap tidak ilmiah.Sedangkan para ahli saja sudah terbukti memberikan hasil yang berbeda-beda kalau menggunakan metode introspektif ini apalagi kalau yang mempergunakanya itu bukan ahli. 3. Bagian-bagian teori Watson yang terpenting Teori sarbon (stimulus and response bond) tingkah laku ini yang kompleks dapat di analisis menjadi rangkaian “unit” perangsang dan reaksi stimulus response yang di sebut refleks. Perangsang atau stimulus itu adalah situasi objek yang wujudnya dapat bermacam-macam, seperti sinar, bola kasti yang dilemparkan. Response adalah reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang, yang wujudnya juga brmacam-macam sekali, seperti memukul bola.Titik berat kuat watson sebenarnya tidak terletak pada analisis tingkah laku menjadi response. Pengamatan dan kesan (sensation perception) karena tidak dapat menerima pendapat bahwa kesadaran itu ada pada hewan, maka Watson berpendapat bahwa kita tidak berhak berbicara tentang hewan melihat, mendengar, dan sebagainya. Tetapi kita harus berbicara tentang hewan-hewan melakukan response motoris yang dapat di tunjukan perangsang-perangsang pendengaran dan penglihatan. 4. Perasaan, tingkah laku efektif. Wadson berpendapat, bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah hal sensu motoris. Dia ingin mengetahui apakah ada reaksi emosional sejak lahir.Untuk keperluan ini dia melakukan penyelidikan terhadap berpuluh-puluh bayi yang dirawat di rumah sakit dan mendapatkan tiga macam pola tingkah perilaku emosional (dalam arti yang dapat di amati), yaitu reaksi-reaksi emosional seperti: takut , marah, dan cinta. 5. Teori tentang berfikir Watson memulai dengan postulatnya yang biasa, yaitu bahwa berfikir itu haruslah tingkah laku sensu motoris, dan bagi dia berbicara dalam hati adalah tingkah laku berfikir. 6. Pengaruh lingkungan(pendidikan, belajar, lingkungan). Bahwa reaksi-reaksi yang dibawah lahir itu sedikit sekali. Kebiasaa-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karna latihan dan belajar. Aliran behaviorisme yang dikemukakan oleh waston diatas sering disebut sebagai behaviorisme orthodox, namun demikian pengaruh pendapat Waston masih terlalu besar,terutama di Amerika Serikat sendiri yaitu dalam bentuk aliran yang sudah direvisi yaitu aliran Neobehavirisme, pendukung ini antara lain: • Edward Chace Tolman • Clark L Hull • Edward R. Guthrie. B. Classical Conditioning Classic Conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Berdasarkan eksperiment diatas, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperiment Pavlov yang memang dianggap sebagai pendahulu. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil eksperiment pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS) , stimulus tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki dalam hal ini CR. Selanjutnya, Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperiment pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning dan law of respondent extinction. Secara harfiah, law of respondent conditioning berarti hukum pembiasaan yang dituntut, sedangkan law of respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut. Menurut Hintzman(1978), yang dimaksud dengan of respondent conditioning ialah jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer) maka refleks ketiga yang terbentuk dari respons atas penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Yang dimaksud dengan dua stimulus tadi adalah CS dan UCS, sedangkan refleks ketiga adalah hubungan antara CS dan CR. Sebaliknya, law of respondent extinction ialah jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan rain forcer, maka kekuatannya akan menurun. C. Operant Conditioning Teori pembiasaan perilaku respont (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi masa kini. Jika disederhanakan, prosedur pembetukan tingkah laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan rain forcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu. 2. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. 3. Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi rain forcer untuk masing-masing komponen. 4. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, penampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Dalam eksperimen tersebut mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emited behavior tersebut (seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengukit. Tekanan pengukit ini mengakibatkan munculnya butir-butir kedalam wadahnya. Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar sejumlah mahasiswa mempunyai kebiasaan membaca jurnal professional yang terdapat pada perpustakaan fakultas pada waktu sore hari. Maka para mahasiswa tersebut harus : a) sore hari datang ke fakultas . b) masuk ruang perpustakan. c) pergi ketempat penyimpanan buku dan jurnal. d) berhenti di tempat penyimpanan jurnal. e) memilih jurnal professional yang di maksud. f) membawa jurnal itu ke ruang baca. g) membaca jurnal tersebut. Kalau dapat di identifikasi (tidak harus berupa barang ) bagi masing-masing komponen tingkah laku tersebut, yaitu kompenen yang telah terurai diatas, maka akan dapat dilakukan pembentukan pembiasaan tersebut. D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behavioristik Dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan kinerja mesin atau robot.Jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang terdapat dalam teori-teori behavioristik yang terlanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikakan kita itu, sesungguhnya mengandung banyak kelebihan dan kelemahan. Teori-teori belajar hasil eksperiment Watson, Skinner, dan Pavlov diatas secara prinsiple bersifat behaviriostik dalam arti dalam menekan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.Teori-teori itu juga bersifat otomatis-mekanis. Diantara kelebihan dan kelemahan teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : Kelebihan  Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : Percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.  Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Kekurangan  Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur  Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan  Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa. BAB III KESIMPULAN Teori belajar Behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Teori Operant Conditioning ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, penampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan kinerja mesin atau robot. Jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang terdapat dalam teori-teori behavioristik yang terlanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikakan kita itu, sesungguhnya mengandung banyak kelebihan dan kelemahan.Teori-teori belajar hasil eksperiment Watson, Skinner, dan Pavlov diatas secara prinsiple bersifat behaviriostik dalam arti dalam menengkan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.Teori-teori itu juga bersifat otomatis-mekanis. DAFTAR PUSTAKA  Suryabrata,Sumadi.1993.Psikologi Pendidikan cetakan ke-6:PT rajaGrafindo Persada.  Syah,muhubbin.2001.psikologi Pendidikan cetakan ke-6:PT RajaGrafindo Persada.  Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press  Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally MAKALAH MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pembimbing : Juliannie Kamelia Riza, S.Psi Disusun oleh Kelompok V : 1. Fatkhul Qorib 2. Hayatul Umam 3. Mochammad Taufiq 4. Hadi Santoso 5. Misbachul Munir 6. Ahmad Kholil SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL URWATUL WUTSQO JOMBANG 2011/2012 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah karena rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya, sehingga tugas kami ini dapat dapat terealisasi dengan baik. Sholawat dan Salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah bagi hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR”. Kami mengaku bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang kami susun guna untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Maka dari itu apabila ada kesalahan atau kekurangan kami dalam penyusunan makalah ini, kami mohon kritik dan saran yang membangun, agar suatu saat nanti dapat menyusun makalah yang lebih baik. Akhirnya,makalah yang berjudul “MEMAHAMI TEORI-TEORI BELAJAR” ini semoga menjadi makalah yang bermanfaat bagi semua pihak. Jombang, 12 februari 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………………… i Kata Pengantar…………………………………………………………………... ii Daftar Isi………………………………………………………………………… iii Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2 C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………... 2 Bab II Pembahasan A. Teori Belajar Behavioristik...………………………………………............. 3 B. Teori Belajar Classacal Conditioning…………………………………….... 5 C. Teori Belajar Operant Conditioning……………………………………….. 7 D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behavioristik…………………………... 8 Bab III KESIMPULAN………………………………………………………...... 10 DAFTAR PUSTAKA…………………………..………………………………… 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi pendidikan adalah sub disiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri, tidak memiliki teori, konsep dan metode sendiri menurut sebagian ahli. Hal ini konon terbukti dengan banyaknya hasil riset psikologi-psikologi lain yang diangkat menjadi teori, konsep, dan metode psikologi pendidikan. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai sub disiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber (1988) seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck Austria. Teori Belajar Behavioristik menurut J.B Watson bahwa sebagai science psikologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku, lebih tegasnya lagi tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat di obserfasi. Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamati secara objektif. B. Rumusan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari teori Behavioristik, Classical Conditioning dan Operant Conditioning? 2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar Behavioristik untuk materi pembelajaran di sekolah? C. Tujuan Pembahasan Dari rumusan masalah diatas, penulis makalah bertujuan: 1. Untuk memahami teori belajar Behavioristik, Classical Conditioning dan Operant Conditioning. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar Behavioristik untuk materi pembelajaran di sekolah. BAB II PEMBAHASAN A. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar Behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Menurut dasar pendapat J.B Watson antara lain: 1. Masalah objek psikologi Watson berpendapat, bahwa sebagai science psikologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang tak dapat diamati, melainkan haruslah tingkah laku, lebih tegasnya lagi tingkah laku positif, yaitu tingkah laku yang dapat di obserfasi. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamati secara objektif. 2. Masalah Metode Watson menolak sama sekali metode introspektif, karena metode tersebut dianggap tidak ilmiah.Sedangkan para ahli saja sudah terbukti memberikan hasil yang berbeda-beda kalau menggunakan metode introspektif ini apalagi kalau yang mempergunakanya itu bukan ahli. 3. Bagian-bagian teori Watson yang terpenting Teori sarbon (stimulus and response bond) tingkah laku ini yang kompleks dapat di analisis menjadi rangkaian “unit” perangsang dan reaksi stimulus response yang di sebut refleks. Perangsang atau stimulus itu adalah situasi objek yang wujudnya dapat bermacam-macam, seperti sinar, bola kasti yang dilemparkan. Response adalah reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang, yang wujudnya juga brmacam-macam sekali, seperti memukul bola.Titik berat kuat watson sebenarnya tidak terletak pada analisis tingkah laku menjadi response. Pengamatan dan kesan (sensation perception) karena tidak dapat menerima pendapat bahwa kesadaran itu ada pada hewan, maka Watson berpendapat bahwa kita tidak berhak berbicara tentang hewan melihat, mendengar, dan sebagainya. Tetapi kita harus berbicara tentang hewan-hewan melakukan response motoris yang dapat di tunjukan perangsang-perangsang pendengaran dan penglihatan. 4. Perasaan, tingkah laku efektif. Wadson berpendapat, bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah hal sensu motoris. Dia ingin mengetahui apakah ada reaksi emosional sejak lahir.Untuk keperluan ini dia melakukan penyelidikan terhadap berpuluh-puluh bayi yang dirawat di rumah sakit dan mendapatkan tiga macam pola tingkah perilaku emosional (dalam arti yang dapat di amati), yaitu reaksi-reaksi emosional seperti: takut , marah, dan cinta. 5. Teori tentang berfikir Watson memulai dengan postulatnya yang biasa, yaitu bahwa berfikir itu haruslah tingkah laku sensu motoris, dan bagi dia berbicara dalam hati adalah tingkah laku berfikir. 6. Pengaruh lingkungan(pendidikan, belajar, lingkungan). Bahwa reaksi-reaksi yang dibawah lahir itu sedikit sekali. Kebiasaa-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karna latihan dan belajar. Aliran behaviorisme yang dikemukakan oleh waston diatas sering disebut sebagai behaviorisme orthodox, namun demikian pengaruh pendapat Waston masih terlalu besar,terutama di Amerika Serikat sendiri yaitu dalam bentuk aliran yang sudah direvisi yaitu aliran Neobehavirisme, pendukung ini antara lain: • Edward Chace Tolman • Clark L Hull • Edward R. Guthrie. B. Classical Conditioning Classic Conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Berdasarkan eksperiment diatas, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperiment Pavlov yang memang dianggap sebagai pendahulu. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil eksperiment pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS) , stimulus tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki dalam hal ini CR. Selanjutnya, Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperiment pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning dan law of respondent extinction. Secara harfiah, law of respondent conditioning berarti hukum pembiasaan yang dituntut, sedangkan law of respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut. Menurut Hintzman(1978), yang dimaksud dengan of respondent conditioning ialah jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer) maka refleks ketiga yang terbentuk dari respons atas penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Yang dimaksud dengan dua stimulus tadi adalah CS dan UCS, sedangkan refleks ketiga adalah hubungan antara CS dan CR. Sebaliknya, law of respondent extinction ialah jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan rain forcer, maka kekuatannya akan menurun. C. Operant Conditioning Teori pembiasaan perilaku respont (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi masa kini. Jika disederhanakan, prosedur pembetukan tingkah laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan rain forcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu. 2. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. 3. Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi rain forcer untuk masing-masing komponen. 4. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Teori ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, penampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Dalam eksperimen tersebut mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emited behavior tersebut (seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengukit. Tekanan pengukit ini mengakibatkan munculnya butir-butir kedalam wadahnya. Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar sejumlah mahasiswa mempunyai kebiasaan membaca jurnal professional yang terdapat pada perpustakaan fakultas pada waktu sore hari. Maka para mahasiswa tersebut harus : a) sore hari datang ke fakultas . b) masuk ruang perpustakan. c) pergi ketempat penyimpanan buku dan jurnal. d) berhenti di tempat penyimpanan jurnal. e) memilih jurnal professional yang di maksud. f) membawa jurnal itu ke ruang baca. g) membaca jurnal tersebut. Kalau dapat di identifikasi (tidak harus berupa barang ) bagi masing-masing komponen tingkah laku tersebut, yaitu kompenen yang telah terurai diatas, maka akan dapat dilakukan pembentukan pembiasaan tersebut. D. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Behavioristik Dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan kinerja mesin atau robot.Jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang terdapat dalam teori-teori behavioristik yang terlanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikakan kita itu, sesungguhnya mengandung banyak kelebihan dan kelemahan. Teori-teori belajar hasil eksperiment Watson, Skinner, dan Pavlov diatas secara prinsiple bersifat behaviriostik dalam arti dalam menekan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.Teori-teori itu juga bersifat otomatis-mekanis. Diantara kelebihan dan kelemahan teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : Kelebihan  Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : Percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.  Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Kekurangan  Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur  Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan  Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa. BAB III KESIMPULAN Teori belajar Behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Teori Operant Conditioning ini dikembangkan oleh Burr Federic Skinner. Dia memandang bahwa manusia sebagai mesin yang bertindak secara teratur dan dapat diramalkan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar. Skinner mengadakan eksperimen dengan menggunakan kotak yang didalamnya terdapat pengungkit, penampung makanan, lampu, lantai dengan grill yang dialiri listrik (dikenal dengan nama Skinner box). Skinner menggunakan tikus lapar sebagai hewan percobaannya. Dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan kinerja mesin atau robot. Jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang terdapat dalam teori-teori behavioristik yang terlanjur di yakini sebagian besar ahli pendidikakan kita itu, sesungguhnya mengandung banyak kelebihan dan kelemahan.Teori-teori belajar hasil eksperiment Watson, Skinner, dan Pavlov diatas secara prinsiple bersifat behaviriostik dalam arti dalam menengkan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.Teori-teori itu juga bersifat otomatis-mekanis. DAFTAR PUSTAKA  Suryabrata,Sumadi.1993.Psikologi Pendidikan cetakan ke-6:PT rajaGrafindo Persada.  Syah,muhubbin.2001.psikologi Pendidikan cetakan ke-6:PT RajaGrafindo Persada.  Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press  Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally