Sabtu, 10 Maret 2012

Kepribadian Manusia


1. Kepribadian Manusia :
 - Definisi Kepribadian
 - Teori Kepribadian 
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
 2. Pengembangan Kepribadian
 - Tipologi Temperamen
 - Tipologi Berdasarkan Kebudayaan 
 - Tipologi Berdasarkan Kedudukan Anak dalam Keluarga
 I. Kepribadian manusia
 I.2 Definisi Kepribadian Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Kranya patut diakui bahwa diantara ahli psikolog belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi kepribadian itu. Boleh dikatakan, jumlah arti dan definisi kepribadian adalah sebanyak ahli yang mencoba menafsirkannya. Pembahasan kita tentangg arti kepribadian akan dimulai dengan membahas kepribadian menurut orang awam atau pengertian kepribadian yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan maksud mempermudah pemahaman kita tentang arti kepribadian yang sesungguhnya menurut pengertian yang ilmiah (psikolog). 1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin: persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Pada waktu itu, setiap setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat-laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjumpai pengertian kepribadian semacam ini melalui ungkapan-ungkapan seperti: “didi berkepribadian pahlawan,” atau “dewi memiliki kepribadian kartini sejati.” Disamping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Comtohnya, kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, kepada orang yang supel dikenakan atribut “berkepribadian supel”, dan kepada orang yang suka bertindak keras dikenakan atribut “berkepribadian keras”. Selain itu bahkan sering pula kita jumpaai ungkapan atau sebutan “tidak berkepribadian”. Yang terakir ini biasanya dialamatkan kepada orang-orang yang lemah, plin-plan, pengecut, dan semacamnya. Dari uraian di atas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut pengertian sehari-hari, menunjuk bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pengertian keepribadian seperti ini mudah dimengerti dan, karenanya, juga mudah dipergunakan. Tetapi sayangnya pengertian kepribadian yang mudah dan luas dipergunakan ini lemah dan tidak bisa menerangkan arti kepribadian yang sesunggunya, sebab pengertian kepribadian tersebut hanya menunjuk terbatas kepada ciri-ciri yang dapat diamati saja, dan mengbaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi keliling. Tambahan pula, pengertian kepribadian semacam itu lemah disebabkan oleh sifatnya yang evaluatif (menilai). Bagaimanapun, kepribadian itu pada dasarnya tidak bisa dinilai ‘baik’ atau ‘buruk’ (netral). Dan para ahli psikolog selalu berusaha menghindarkan penilaian atas kepribadian. 2. Kepribadian menurut psikologi Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikolog bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian yang terkemuka. George Kelly, misalnya, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Teoris yang lain, Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan“. Tepatnya rumusan Allport tentang kepribadian adalah:”kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.” Allport menggunakan istilah ‘sistem psikofisik’ dengan maksud menunjukkan bahwa “jiwa” dan “raga” manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah “khas” dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian sama. Sementara Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego,dan superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut. Sungguhpun berbeda-beda, batasan-batasan kepribadian yang dirumuskan oleh beberapa teoris kepribadian tersebut di atas telah dapat menunjukkan bahwa pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi adalah berbeda dan jauh lebih luas dari pada penggertian kepribadian yang biasa dijumpai dalam percakapan sehari-hari, baik dalam isi maupun dalam jangkauannya. Dan di balik perbedaab rumusannya, sebagaian besar definisi atau batasan yang disusun oleh para teoris kepribadian memiliki beberapa persamaan yang mendasar, yakni: a) Sebagian besar batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotetis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan perkataan lain, kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku. b) Sebagaian besar battasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian” keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannyadengan individu lain diharapkan menjadi jelas atau dapat dipahami. Pendek kata, para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri settiap orang. c) Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan dan perspektif. Kepribadian menurut teoris kepribadian, mempresentasikan proses keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan perkataan lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan. I.2 Teori Kepribadian A. Sigmund Freud:Teori Kepribbadian Psikoanalisis 1) Struktur kepribadian Menurut freud stuktur kepribadian terdiri atas 3 sistem ;  Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id bekkerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera immpuls biologis.  Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataa, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego terbentuk sebagai hasil kontak dengan dunia luar.  Superego (hati nurani) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif(menyangkut baik-buruk) 2) Dinamika kepribadian  Naluri (instink) adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.  Nalur-naluri yang terdapat pada manusia bisa dibedakan ke dalam dua macam naluri, yakni naluri-naluri kehidupan(life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts)  Penyaluran dan penggunaan energi psikis Dinamika kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego, superego. Karena jumlah energi itu terbatas maka akan terjadi persaingan. Kalau suatu aspek banyak mempergunakan energi maka aspek yang lain menjadi lemah.  Kecemasan Freud mengemukakan ada 3 macam kecemasan yaitu; - Kecemasan realistis yaitu takut akan bahaya dunia luar. - Kecemasan neurotis yaitu kecemasan yang tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang dapat di hukum. - Kecemasan moral yaitu mempunyai dasar dalam realita karena dimasa lampau orang telah mendapatkan hukuman, sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar moral. 3) Ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai yaitu: represi, sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi, dan regresi. 4) Perkembangan Kepribadian berlandaskan dua premis,yaitu : bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal, dan energi seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksuual yang bersumber pada proses-proses naluriah organisme. Adapun fase-fase perkembangan psikoseksual itu adalah; • Fase oral: 0-1 tahun, pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamis. • Fase anal: 1-3 tahun, pada fase ini apabila ibu bersikap keras dan menekan, anak menahan fesesnya. Sedangkan apabila ibu membimbing dengan kasih sayang maka anak memperoleh pengertian bahwa memproduksikan feses adalah penting. • Fase falik:3-5 tahun, fase ini alat kelamin merupakan organ terpenting. • Fase laten: 5-12 tahun, pada fase ini implus cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan. Anak-anak pada masa ini lebih mudah dididik dari pada fase-fase sebelumnya. • Fase pubertas: 12-20 tahun, fase ini implus menonjol kembali. • Fase genital: 20- akhir,artinya individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang-orang lain diinginkan karena menambah bentuk-bentuk kenikmatan jasmani. B. Skinner: Teori Kepribadian Behaviorisme 1) Pendekatan Psikologi Skinner  Tentang otonomi manusia Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku. Manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang belum mampu kita terangkan dengan cara lain. Kreberadaan “manusia otonom” itu tergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akkan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita telah mengetahui banyak tentang tingkah laku.  Penolakan atas Penguraiaan Fisiologis-Genetik Penolakan skinner ataspenguraian fisiologis-genetik darri tingkah laku itu sebagaian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku. Bahkan meskipun bisa dilihat bahwa sejumlah aspek tingkah laku berkaitan dengan waktu kelahiran, tipe tubuh, atau konstitusi genetik, fakta tersebut terbatas kegunaannya.  Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Tingkah Laku Memahami tingkah laku adalah dengan mengenddalikannya, dan sebaliknya. Skinner menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, atau anggapan bahwa tingkah laku bisa muncul tanpa sebab.  Kepribadian Menurut Perspektif Behaviorisme Dari perspektif behaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dam pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. 2) Pengondisian Operan  Mencatat tingkah laku Dalam pengondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu mulai muncul.  Jadwal perkuatan Yang dimaksud jadwal perkuatan adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan.  Tingkah laku takhyul Tingkah laku takhyul adalah tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respons-perkuatan kebetulan itu.  Shaping Shaping adalah pembentukan suatu respons mmelalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu.  Pemerkuat sekunder Pemerkuat sekunder adalah suatu hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat pimer berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses belajar pada organisme.  Penggunaan stimulus aversif Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan, dan selalu ingin dihindari oleh organisme.  Generalisasi dan diskriminasi stimulus Generalisasi stimulus adalah kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari sati situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan diskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. C. Abraham Maslow: Teori Kepribadian Humanistik 1) Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik Psikologi humanistik sesungguhnya bukan suatu organisasi tunggal dari teori atau sistem, melainkan lebih tepat jika disebut sebagai gerakan. Eksistensialisme adalah sebuah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu dan sebagai problema yang unik dengan keberadaannya. Para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Para ahli psikologi humanistik pun menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Psikologi humanistik mengambil model dasar manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. Konsep penting lainnya yang diambil oleh psikologi humanistik dari eksistensialisme itu adalah konsep kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya. Eksistensialisme menekankan tentang kesadaran manusia, perasaan subjektif, dan pengalaman-pengalaman personal yang berkaitan dengan keberadaan individu dalam dunia bersama individu-individu lainnya. 2) Ajaran-Ajaran Dasar Psikologi Humanistik  Individu sebagai keseluruhan yang integral Dalam teori Maslow dengan prinsip holistiknya itu, motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan, dan bukan secara bagian: “Dalam teori yang baik tidak ada yang namanya kebutuhan perut, mulut, atau kebutuhan alat kelamin. Yang ada adalah kebutuhan individu. Yang membutuhkan itu bukan perut jhon smith, melainkan jhon smith. Keputusan dirasakan oleh individu, bukan oleh sebagian tubuh individu. Makanan memuaskan jhon smith, bukan memuaskan perut jhon smith.” (Maslow, 1970)  Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan Maslow menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia karena hal itu mangabaikan ciri-ciri yang khas manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dsb.  Pembawaan baik manusia Psikologi humanistik memiliki anggapan, bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan merupakan bawaan.  Potensi kreatif manusia Potensi kreatif merupakan potensi yang umum pada manusia. Kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi pembuat sepatu, pembuat rumah, pedagang, eksekutif perusahaan, atau menjadi profesor.  Penekanan pada kesehatan psikologis Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesakkan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal. 3) Teori Kebutuhan Bertingkat  Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (physiological needs) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak penuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.  Kebutuhan akan rasa aman (need for self-security) Kebutuhan akan rasa aman adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.  Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness) Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik sesama jenis maupum dengan yang berlainan jenis, dilingkungan keluarga ataupun lingkungan kelompok di masyarakat.  Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem) Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri. Bagian kedua meliputi antara lain prestasi.  Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization) Kebutuhan untuk mengungkap diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. 4) Motif Kekurangan(deficit motive) dan Motif Pertumbuhan(growth motive) Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan. Berbeda dengan motif kekurangan, motif-motif pertunbuhan adalah motif-motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman, dan karenanya juga memberi semangat hidup. I.3 Faktor-Faktor Yang Mempengarui Kepribadian 1. Faktor genenika Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu di bentuk dari 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu, dan 23 kromosom (pasangan x y)dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis/mental individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut. Berbagai studi tentang perkembangan pranatal (sebelum kelahiran/ masa dalam kandungan) menunjukan bahwa kemampuan menyesuaikan diri terhadap kehidupan setelah kelahiran (post natal) berdasar atau bersumber pada masa konsepsi. Masa dalam kandungan di pandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan–kemampuan yag menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung addalah (1) kualitas sistem syaraf, (2)strukutur tubuh. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah 1) sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan tempermen;2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas); dam mempengaruhi keunikan kepribadian. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut. a. Penelitian dengan metode sejarah (riwayat) keluarga. b. Metode selektivitas keturunan c. Penelitian terhadap anak kembar d. Keragaman konstitusi (postur) tubuh 2. Faktor lingkungan(environment) faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan dan sekolah. A. Keluarga keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentuk kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifitas anak. (2) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.(3) para anggota keluarga merpakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak. B. Faktor Kebudayaan kluckhohn berpandapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kitaa untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku) memilikitradisi ,adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang menyangkut cara berpikir, car bersikap, atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir. C. Sekolah lingkingan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya: 1) iklim emosional kelas 2) sikap dan perilaku guru 3) disiplin (tata tertib) 4) prestasi belajar 5) penerimaan teman sebaya II. Pengembangan Kepribadian Pengembangan kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Pengenbangan kepribadian dibagi menjadi tiga tipologi : 1. Tipologi temperamen 2. Tipologi berdasar kebudayaan 3. Tipologi kedudukan anak dalam keluarga II.1 Tipologi Tempramen A. Pengertian Temperamen Temperamen adalah konstanta, warna, dan bentuk penghayatan atau pengalaman seseorang serta cara bereaksi dan cara bergeraknya. Disebut konstanta, karena temperamen mmerupakan suatu keadaan atau potensial dari penghayatan alam perasaan yang relatif tetap. Temperamen mencakup dasar-dasar emosi berupa penghayatan dan pengalaman serta cara bergerak yang merupakan bagian dan kepribadian seseorang. Warna penghayatan atau pengalaman merupakan suasana jiwa yang melatar belakangi rasa kegenbiraan dan rasa kesedihan. Ada orang yang mempunyai warna penghayatan gembira, artinya cenderung untuk selalu dalam keadaan gembira. Bila ditimpa kemalangan, ia menjadi sedih dan muram, namun kesedihan itu cepat berlalu dan beberapa saat kemudian suasana gembira akan hadir kembali. Ada pula orang yang mempunyai suasana penghayatan sedih, sehingga kesedihan mendominasi kehidupan jiwanya. Suasana jiwa gembira berhubungan dengan sikap terbuka dan spontan, sedangkan suasana perasaan sedih erat hubungannya dengan sikap menutup diri dan pengekangan diri dalam menghadapi dunia luar. Selain warna penghayatan, temperamen mencakup pula bentuk penghayatan yang merupakan gejala emosional yang mengukuti proses dunia seseorang. Bentuk penghayatan itu mencakup kekuatan atau intensitas kepekaan, kedalaman, dan jangka waktu kelangsungannya. Cara bereaksi dan bergerak juga di tentukan oleh temperamen. Ada orang yang cepat dan tangkas dalam reaksi dan geraknya, tetapi ada pula orang yang lambat dan tenang-tenang saja. Kecepatan bereaksi dan berbuat ini ada hubungan vitalitas dan temperamen. Kalau sifat-sifat tenaga pendorong merupakan aspek temperamen. Temperamen merupakan faktor pembawaan karena terikat pada konstitusi atau bentuk tubuh dan proses faal seseorang, sehingga sukar untuk diubah. Walaupun demikian, tmperamen bukanlah bagian dari jasmaniah, karena temperamen merupakan lapisan kepribadian yang tidak ada hubungannya dengan otot atau bagian. Menurt Galenus: tempramen adalah sifat-sifat kejiwaan yang di tentukan oleh campuran (komposisi) cairan-cairan dalam tubuh. Menurut Kretschmer: tempramen adalah bagian dari pada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Menurut Kohnstamm: tempramen adalah rohani yang bersangkutan dengan konstitusi jasmani dan dibawa sejak lahir. Persamaan yang dapat diambil dari tiga pendapat di atas: 1. Temperamen adalah aspek kejiwaan dari pada kepribadian 2. Di pengaruhi oleh konstitusi jasmaniahh 3. Dan kesimpulan adalah temperamen itu dibawa sejak lahir, dan karenanya sukar diubah oleh pengaruh dari luar. B. Tipologi yang Berdasarkan Sifat Jiwa  Tipologi Plato a) Plato membedakan adanya tiga bagian jiwa, yaitu: 1. Pikiran berkedudukan dikepala 2. Kemauan berkedudukan di dada 3. Hasrat berkedudukan di perut b) Atas dasar dominasi salah satu diantara ketiga bagian jiwa itu maka manusia dapat di golongkan menjadi tiga tipe, yaitu: 1. Orang yang terutama dikuasai oleh pikir 2. Orang yang terutama dikuasai oleh kemauan 3. Orang yang terutama dikuasai oleh hasrat  Madzab Perancis 1. Tipologi Queyret Queyret menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya-daya kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan atas daya-daya mana yang dominan, maka dapat dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut: a. salah satu daya atau aspek yang dominan. • Tipe meditatif / intelektual dimana daya kognitif dominan • Tipe emosional, dimana daya afektif dominan • Tipe aktif, dimana daya konatif dominan b. dua daya yang dominan • Tipe mediatatif emosional / sentimental, daya kognitif dan afektif dominan • Tipe aktif emosional atau orang garang, daya afektif dan konatif dominan • Tipe aktif meditatif orang kemauan, daya konatif dan kognitif dominan  Tipologi Malapert Malapert juga menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat di ikhtisarkan sebagai berikut: Tipologi Malapert di bagi menjadi empat macam: a. tipe intelektual - golongan analitis - golongan reflektif b. tipe afektif - golongan emosional - golongan nafsu c. tipe volunter - golongan tanpa-kemauan - golongan besar-kemauan d. tipe aktif - golongan tak-aktif -golongan aktif C. Tipologi Kant dan Neo-Kantianisme  Tipologi Kant Temperamen dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinnert, sedangkan charakter dipandangnya sebagai corak pikiran atau denkungsart. Dua aspek temperamen: 1. Aspek fisiologi yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan jasmaniah. 2. Aspek psikologis kecenderungan-kecenderungan keiwaan yang disebabkan oleh komposisi darah.  Tipologi Neo-Kantianisme Berbeda dari kant, dia membatasi temperamen pada segi perasaan saja, sebab dia berpendapat memang hanya itulah yang ada. Secara garis besar dapat di gambarkan menggunakan bagan berikut. Temperamen Kemauan Tindakan Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok, yaitu: a. Kepekaan kehidupan efektif, yaitu mendalam dan tidaknya pengaruh perangsang. b. Bentuk kejadian efektif, dan ini tergantung kepada dua hal lagi, yaitu: -mobilitas perasaan -kekuatan perasaan D. Tipologi J. Bahnsen Bahnsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam keadaan jiwa, yaitu: 1. A. Temperamen: Temperamen ditentukan oleh empat faktor, yaitu : spontanitas, reseptivitas, impresionabilitas, dan reaktifitas. B. Kemauan: Kemauan oleh bahnsen dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku manusia. 2. Posodynie: ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam penderitaan. 3. Daya Susila: keakapan manusia untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik dan buruk, serta untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut. E. Teori E. Meumann Menurut Meumann, watak diberi batasan sebagai disposisi kemauan; secara bagan: Watak Kemauan Perbuatan. Kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu: 1. aspek yang mempunyai dasar kejasmanian, mencakup: a) intensitas atau kekuatan kemauan. b) lama atau tiddaknya orang melakukan tindakan kemauan. c) sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang juga punya dasar fisiologi. 2. Aspek Afektif Temperamen oleh Meumann diberinya batasan sebagai bentuk afektif aktivitas yang tergantung kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional. Bagaimanakah kita mengetahui disposisi-disposisi afektif itu? Meumann menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang perasaan. 3. Aspek Kecerdasan Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas,yaitu: a) yang berhubungan dengan sifat kerja mental b)yang melingkupi taraf kebebasan intelektual c)yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berpikir F. Tipologi Heymans Heymans berpendapat, bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiannya, dan tipe-tipe kepriibadian itu bukan main banyak macamnya. Boleh dikatakan tak terhingga namun secarra garis besarnya tokoh dapat digolong-golongkan. Dasar klasifikasinya ialah tiga macam kualitas kejiwaan, yaitu: 1. emosionalitas (emotionaleteit) yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki kecakapan ini, yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan karena pengaruh sesuatu kesan. Tetapi kecakapan tersebut berlain-lainan sekali tingkatannya. 2. proses pengiring yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tiidak lagi ada dalam kesadarannya. Disini juga ada berbagai tingkatan. 3. aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. G. Teori Kepribadian G. Ewald Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi disini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus(tegangan hidup, kekuatan hidup, tegangan energi), yaitu intensitas serta irama hidup, yang mengatur kecepatan serta kekuatan kegiatan-kegiatan hidup. Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terrhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara: watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh. II.2 Tipologi Berdasarkan Kebudayan: Teori Eduard Spranger A. Pokok-Pokok Teori Spranger 1. Dua Macam Roh(Geist) Pertama-tama spranger membedakan adanya dua macam roh, yaitu: a. roh subyektiif atau roh individual, yaitu roh yang terdapat pada manusia masing-masing individual. b. roh obyektif atau roh supra-individual, atau kebudayaan yaitu roh seluruh umat manusia, yang dalam concretnya merupakan kebudayaan yang telah terjelma dan berkembang selama berabad-abad bersama-sama manusia individual. 2. Hubungan Antara Roh Subyektif Dan Roh Obyektif Roh subyaktif dan roh obyektif itu berhubungan secara timbal balik. Roh subyektif atau roh individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdappat pada masiing-masing individu, dibentuk dan dipupuk dengan acuan roh obyektif:artinya roh individual itu terbentuk dan berkembang dengan memakai roh obyektif sebagaimana norma. Roh obyektif atau kebudayaan itu mengandung unsur-unsur yang telah mendapat pengakuan umum sebaggai hal-hal yang bernilai, karena itu diberi kedudukan yang tinggi dan ditaruh di atas roh individual. 3. Lapangan-Lapangan Hidup Kebudayaan (kultur) oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nila-nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur menurut struktur tertentu. 4. Tipologi Spranger a. Menurut Spranger ada enam tipe-tipe manusia,yang di simpulkan menggunakan tabel sebagai berikut: NO Nilai Kebudayaan Yang Dominan Tipe Tingkah Laku Dasa 1 Ilmu Pengetahuan Manusia Teori Berpikir 2 Ekonomi Manusia Ekonomi Bekerja 3 Kesenian Manusia Estetis Menikmati Keindahan 4 Keagamaan Manusia Agama Memuja 5 Kemasyarakatan Manusia Sosial Berbakti/Berkorban 6 Politik Manusia Kuasa (Ingin) Berkuasa/Memerintah b. Pecandraan Tipe-Tipe secara garis besar Spranger mengemukakan hal yang berikut ini. Seseorang itu corak sikap hidupnya ditentukan oleh nilai kebudayaan mana yang dominan,yaitu nilai kebudayaan mana yang olehnya dipandang sebagai nilai yang tertinggi. Di bawah ini diberikan seccara singkat pecandraan tip-tipe tersebut. (1) manusia teori yaitu seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Cita-citanya adalah mencapai kebenarannmya an hakikat dari pada benda-benda. Tujuan yang dikejar oleh manusia teori adalah pengetahuan yang obyektif, sedangkan segi lain seperti misalnya soal-soal moral, keindahan, dan sebagainya terdesak ke belakang. (2) manusia ekonomi. Orang-orang yang termasuk golongan manusia ekonomi ini selaluu kaya akan gagasan-gagasan praktis, kurang memperhatihkan bentuk tindakan yang dilakukannya, sebab perhatiannya terutama tertuju daripada hasil dari tindakannya itu, hasilnya bagi dirinya sendiri.manusia golongan ini akan menilai segala sesuatu hanya dari segi kegunaanya dan nilai ekonomisnya. (3) manusia estetis. Manusia estetis manghayati kehidupan seakan-akan tidak sebagai pemain, tetapi sebagai penonton. Dia selalu seorang impresionis, yang menghayati kehidupan secara pasif. Di samping itu dapat juga dia seorang ekspresionis, yang mewarnai segala kesan yang diterimanya dengan pandangan jiwa subyektif. (4) manusia agama. Bagi seorang yang termasuk golongan tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti daripada hidup ini (5) manusia sosial. Sifat utama daripada manusia golongan tipe ini adalah besar kebutuhannya akan adanya resonansi dari sesama manusia. Butuh hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan umum. (6) manusia kuasa. Manusia kuasa bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan kekuasaanya sendiri. Dorongan pokoknya adalah ingin berkuasa.semua nilai-nilai yang lain diabdikan kepada nilai yang satu itu. c. Diferensiasi Tipe-Tipe keenam tipe yang baru saja dikemukakan pencandraanya itu adalah tipe-tipe pokok. Spranger tidak berhenti dengan mengemukakan tippe-tipe pokok itu saja, tetapi dia masih mengemukakan diferensiasi tipe-tipe dan kombinasi tipe-tipe itu. (1) diferensiasi tipe-tipe Pada masing-masing tipe masih dapat diketemukan adanya variasi lagi, yaitu berdasarkan kepada komponen-komponen yang paling menentukan dalam tipe tersebut. Misalnya saja, manusia teori masih dapat lagi dibedakan adanya tiga variasi, yaitu: - Manusia teori empiris - Manusia teori sebagai rasionalis - Manusia teori sebagai kritisis. (2) kombinasi tipe-tipe Seperti telah dikemukakan, keenam tipe yang telah dibicarakan itu adanya hanya di dalam teori dan tidak kita jumpai dalam kehidupan praktis. Dalam kenyataanya, jadi dalam kehidupan praktis, yang bisa kita jumpai justru kombinasi dari tipe-tipe teori dn tipe keagamaan, tipe teori dan tipe ekonomi, dan sebagainya.ataupun kombinasi lebih darri dua tipe. II.3 Tipologi Berdasarkan Kedudukan Anak dalam Keluarga 1. Anak Tunggal Anak tunggal merupakan tumpuan harapan keduanya orang tuanya. Kedua orang tua tidak ada tempat yang lain kecuali kepadanya. Karena itu orang tuanya sangat khawatir, ketakutan untuk kehilangan diri anak itu. Mereka akan berusaha melindunginya dengan seaman-amannya, memenuhi segala keinginannya, membiarkan dilakukan semua kehendaknya, tapi melarang anak melakukan sesuatu yang berat yang mengkhawatirkan, membahayakan dan bahkan semua perbuatan dipandang sebagai membahayakan jiwa anaknya. Tapi orang tua yang memaksakan perintah-perintah dan larangan-larangan baginya dengan maksud agar selalu menuruti kehendaknya, yang menurut pendapatnyya tentu akan memberi keslamatan dan kebahagiaan. Di rumah kadang ia diperlakukan sebagai raja, tapi kadang harus menjadi budak. Dari kedua kutub perlakukan ini si anak menjadi kebingunan. Sikap kebingunan ini bila di bawa dalam pergaulan dengan teman-temannya akan di anggap perbuatan yang aneh dan lucu sehingga akan menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Untuk menghindari hal tersebut ia bersembunyi, dan makin bersembunyi anak tersebut makin merasa kekurangan, dan tidak dapat berbuat apa-apa dan demikianlah ia terhanyut dalam lingkaran setan kehidupan. Dan bila dibiarkan berlanjut, maka anak akan jatuh dalam bencana karena ia selalu berada dalam dua dunia yang tidak imbang sehingga akan sering membawa kerusakan urat syarafnya. 2. Anak Sulung Anggapan umum yang kurang benar ialah bahwa anak sulung membawa beban berat diantara saudara-saudaranya. Pendapat itu muncul karena secara logika anak sulung nanti akan menggantikan kedudukan orang tua bila mereka tiada lagi. Kepadanya diserahkan tanggung jawab untuk kehidupan, keselamatan dan kebahagiaan saudara-saudaranya. Penyerahan tanggung jawab ini sudah di mulai sejak kecil. Ia di anggap sebagai yang bertanggung jawab atas semua kelakuan adik-adiknya. Anggapan ini kurang benar karena dalam penyarahan tanggung jawab orang tua terlalu cepat kepada anak. Sebab waktu si adik lahir ia masih dalam usia kanak-kanak dan belum memiliki sifat kedewasaan, bahkan ia merasa kasih sayabg orang tuanya akan terampas yang mengakibatkan ia harus selalu bersaing dengan adiknya untuk merebut perhatian orang tuanya. Disini kesanggupan orang tua untuk bertindak bijaksana sangat diharapkan sehingga dari anak-anak tidak timbul prasangka adanya pilih kasih, berat sebelah atau kurang adil. 3. Anak Bungsu Dari orang tua seakan-akan ada hak istimewa kepada anak bungsu, yakni apabila orang tua mempunyai banyak anak sehingga nampak status sosialnya menurun. Dengan menurunya status ekonomi sosial, si anak bungsu di rasakan sebagai anak yang hidup dalam keadaan yang tidak sama dengan kakak-kakaknya. Orang tua mencurahkan perasaan dengan perbuatan-perbuatan yang menampakkan lebih menyayangi si bungsu. Dari pihak kakak-kakaknya selalu berusaha untuk menyayanginya, memanjakannya, membantu, dan menyediakan segala keperluannya. Karena terlalu disayang dan diperhatihkan, maka si bungsu seakan-akan berada dalam kehidupan yang serba kecukupan dan menyenangkan sehingga memberi kesempatan kepada anak bungsu untuk berlaku manja. Sikap manja akan merugikan diri sendiri karena itu ia tidak akan mempunyai pengalaman untuk melakukan sesuatu. Padahal dapat melakukan sesuatu bararti memiliki pengertian tentang sesuatu itu. Daftar Pustaka • Koeswara. 1986. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco. • Sobur,Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. • Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikolgi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. • Djofanka.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar